PENANGGULANGAN MENTAL DISORDER
DALAM
PERSPEKTIF ISLAM
MAKALAH
Di
Susun Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Teknik Manajemen BKI
Dosen
Pengampu : Hj. Mahmudah. S.
Ag., M. Pd
Di
Susun Oleh:
Riza
Azizatul Maghfiroh (101111036)
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO
SEMARANG
2012
PENANGGULANGAN MENTAL DISORDER
DALAM
PERSPEKTIF ISLAM
I.
PENDAHULUAN
Gangguan mental atau penyakit mental
adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stress
atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan
normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif,
perilaku, komponen kognitif atau persepsi, yang berhubungan dengan fungsi
tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial
manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan mental telah
berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih
terdapat perbedaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria
pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di
sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup
mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan
mental.
Penyebab gangguan mental bervariasi dan
pada beberapa kasus tidak jelas, dan teori terkadang menemukan penemuan yang
rancu pada suatu ruang lingkup lapangan. Layanan untuk penyakit ini terpusat
di Rumah Sakit Jiwa atau di masyarakat sosial, dan penilaian diberikan oleh
psikiater, psikolog klinik, dan terkadang psikolog pekerja sukarela,
menggunakan beberapa variasi metode tetapi sering bergantung pada observasi dan
tanya jawab. Perawatan klinik disediakan oleh banyak profesi kesehatan mental.
Psikoterapi dan pengobatan psikiatrik merupakan dua opsi pengobatan umum,
seperti juga intervensi sosial, dukungan lingkungan, dan pertolongan diri. Pada
beberapa kasus terjadi penahanan paksa atau pengobatan paksa dimana hukum
membolehkan. Stigma atau diskriminasi dapat menambah beban dan kecacatan yang
berasosiasi dengan kelainan mental (atau terdiagnosa kelainan mental atau
dinilai memiliki kelainian mental), yang akan mengarah ke berbagai gerakan
sosial dalam rangka untuk meningkatkan pemahanan dan mencegah pengucilan sosial.
II.
PERMASALAHAN
A. Apa
pengertian Mental Disorder?
B. Bagaimana
Pengaruh Mental terhadap Tubuh?
C. Apa
Saja Ciri-Ciri Mental Sehat dan Mental tidak Sehat?
D. Bagaimana
Penanggulangan Mental Disorder Dalam Perspektif Islam?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Mental
Disorder
Mental disorder adalah bentuk gangguan dan kekacauan
fungsi mental (kesehatan mental), disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari
fungsi – fungsi kejiwaan/mental terhadap stimuli eksternal dan ketegangan –
ketegangan, sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur pada satu
bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan.
Gangguan mental itu merupakan totalitas kesatuan daripada
ekspresi mental yang patologis terhadap stimuli sosial, dikombinasikan dengan
faktor-faktor penyebab sekunder lainnya.
Mental disorder itu mempunyai pertanda awal antara lain: cemas-cemas, ketakutan, sakit hati,
dengki, apatis, cemburu, marah – marah secara eksplosif, dan lain – lain.
Ringkasnya, kekacauan atau kekalutan mental
merupakan bentuk gangguan pada ketenangan batin dan
harmoni dari struktur kepribadian.[1]
B.
Pengaruh
Mental terhadap Tubuh
Barangkali orang akan lebih menerima kalau dikatakan
bahwa tubuh mempengaruhi pikiran, dari pada sebaliknya yaitu pikiran
mempengaruhi tubuh. Telah banyak terlihat dalam banyak
peristiwa yang menunjukkan bahwa keadaan mental mempunyai pengaruh yang sangat
besar atas kehidupan jasmani. Diantara adalah:
a. Keadaan
emosi
Emosi adalah keadaan
jiwa semata-mata, yang tergantung kepadanya perubahan-perubahan jasmani secara
jelas. Kita mengetauhi pula bagaimana pengaruh marah dan takut. Jika marah itu
berulang-ulang terjadinya, akan terjadilah keadaan pencernaan yang tidak baik,
naiknya tekanan darah.
b. Pengaruh
Sugesti
Pengaruh sugesti
terhadap tubuh sudah dimaklumi, pikiran tentang kesehatan, penyakit atau
pingsan dapat membawa kepada rasa sehat, sakit atau pingsan. [2]
C.
Ciri-ciri
Mental
Yang
Sehat
dan Mental
Tidak
Sehat
1)
ciri-ciri mental yang sehat
a) Terhindar
dari Gangguan Jiwa
Zakiyah Daradjat (1975) mengemukakan
perbedaan antara gangguan jiwa (neurose) dengan penyakit jiwa (psikose), yaitu:
Ø Neurose masih mengetahui dan
merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena psikose tidak.
Ø Neurose kepribadiannya tidak jauh
dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. sedangkan yang
kena psikose kepribadiaannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan
dorongan-dorongan) sangat terganggu, tidak ada integritas, dan ia hidup jauh
dari alam kenyataan.
b) Dapat menyesuaikan diri
Penyesuaian diri (self adjustment)
merupakan proses untuk memperoleh/memenuhi kebutuhan (needs satisfaction),
dan mengatasi stres, konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu dengan
cara-cara tertentu. Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang
normal apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara
wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai dengan
norma agama.
c) Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin
Individu yang sehat mentalnya adalah
yang mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang
positif dan konstruktif bagi pengembangan kualitas dirinya. pemanfaatan itu
seperti dalam kegiatan-kegiatan belajar (dirumah, sekolah atau dilingkungan
masyarakat), bekerja, berorganisasi, pengembangan hobi, dan berolahraga.
d) Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain
Orang yang sehat mentalnya
menampilkan perilaku atau respon-responnya terhadap situasi dalam memenuhi
kebutuhannya, memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan atau orang lain.
dia mempunyai prinsip bahwa tidak mengorbankan hak orang lain demi kepentingan
dirnya sendiri di atas kerugian orang lain. Segala aktivitasnya di tujukan
untuk mencapai kebahagiaan bersama.
2) Ciri-ciri mental tidak sehat
a.)Perasaan tidak nyaman
(inadequacy)
b.) Perasaan tidak aman
(insecurity)
c.) Kurang memiliki rasa percaya diri
(self-confidence)
d.) Kurang memahami diri
(self-understanding)
e.) Kurang mendapat kepuasan dalam
berhubungan sosial
f.) Ketidak matangan emosi
D.
Penanggulangan
Mental
dalam Perspektif
Islam
Pembinaan
mental seseorang mulai sejak kecil, semua pengalaman yang dilalui baik yang
disadari maupun tidak disadari ikut menjadi unsur-unsur yang menggabung dalam
kepribadian seseorang. Di antara unsur-unsur yang akan menentukan corak
kepribadian adalah nilai-nilai yang diambil dari lingkungan, terutama keluarga
sendiri. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai agama, moral dan sosial.
Apabila dalam pengalaman di waktu kecil itu, banyak didapat nilai-nilai agama,
maka kepribadiaanya akan mempunyai unsur-unsur baik. Demikian sebaliknya, jika
nilai-nilai yang diterimanya itu jauh dari agama, maka unsur-unsur
kepribadiannya akan jauh dari agama dan akan menjadi goncang. Karena
nilai-nilai positif yang tetap dan tidak berubah adalah nilai-nilai agama,
sedangkan nilai-nilai sosial dan moral yang didasarkan bukan kepada agama, akan
sering mengalami perubahan, sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri.
Karena itulah maka mental yang hanya terbina dari nilai-nilai sosial dan moral
yang mungkin berubah dan goncang itu, akan membawa kepada kegoncangan jiwa.[4]
Orang
yang tidak merasa tenang, aman serta tentram dalam hatinya adalah orang yang
sakit rohani atau mentalnya. Para ahli psikiater mengakui bahwa setiap manusia
mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu yang diperlukan untuk
melangsungkan proses kehidupan secara lancar. Kebutuhan tersebut berupa
kebutuhan jasmani dan dapat berupa kebutuhan rohani maupun kebutuhan sosial.
Tetapi dalam kehidupan sehari-hari tak jarang dijumpai bahwa seseorang tak
mampu menahan keinginan bagi terpenuhinya kebutuhan bagi dirinya. Dalam kondisi
seperti itu akan terjadi pertentangan dalam batin. Pertentangan ini akan
menimbulkan ketidak seimbangan dalam kehidupan rohani, yang dalam kesehatan
mental disebut kekusutan rohani. Kekusutan rohani ini disebut kekusutan fungsional.
Bentuk kekusutan fungsional ini bertingkat
yaitu psychopat, psychoneurose, dan psikotis. Psychoneurose di tandai bahwa
seseorang tidak mengikuti tuntutan-tuntutan masyarakat. Pengidap psychoneurose
menunjukkan perilaku menyimpang. Sedangkan penderita psikotis dinilai mengalami
kekusutan mental yang berbahaya sehingga memerlukan perawatan khusus.
Usaha
penanggulangan kekusutan rohani atau mental ini sebenarnya dapat dilakukan
sejak dini oleh yang bersangkutan. Dengan mencari cara yang tepat untuk menyesuaikan
diri dengan memilih norma-norma moral, maka kekusutan mental akan
terselesaikan.
Pendekatan
terapi keagamaan ini dpat dirujuk dari informasi al-quran sendiri. Di antara
konsep terapi gangguan mental ini adalah firman Allah dalam surat Yunus:57
Artinya:
“Wahai manusia, sesungguhnya sudah
datang dari Tuhanmu al-Quran yang mengandung pengajaran, penawar bagi penyakit
jiwa, tuntunan serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
Kesehatan mental adalah suatu
kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman, tentram. Upaya
untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui
penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan). [5]
Agama merupakan salah satu bentuk
perilaku yang sangat mempengaruhi keseharian seseorang. Dengan dasar keyakinan
akan ajaran agama, seseorang akan berusaha mengubah dan bertingkah laku sesuai
dengan ajaran agama tersebut. Sehingga tidak mengherankan, karena ajaran agama
dan keyakinan yang berbeda, membuat individu memunculkan perilaku yang berbeda
sesuai dengan ajaran agamanya.
Jika dalam pandangan teori psikoanalisa, agama merupakan
bentuk perilaku tidak dewasa (abnormal), tetapi teori ini sudah banyak
dimentahkan oleh teori-teori yang berorientasi humanistic, yang memandang bahwa
manusia harus dilihat secara utuh. Walaupun pada dasarnya agama adalah sebuah
perilaku yang tidak bisa dijelaskan secara rasional.
Seseorang
yang mengalami tekanan psikologis yang tinggi, harus ada usaha untuk
mengembalikan tekanan tersebut kearah normal. Sebenarnya, manusia modern saat
ini memiliki tekanan yang sangat tinggi. Ada dua cara untuk menghadapi tekanan
tersebut agar kembali normal, yaitu:
a. Ilmu
Pengetahuan
Sebenarnya
manusia diberikan suatu kekuatan yang sangat kuat menghadapi permasalahan hidupnya,
yaitu ilmu. Yang menjadi masalah adalah, jika tekanan kehidupan tambah berat,
tetapi perkembangan ilmu tidak mengimbanginya, sehingga membuat orang stress.
Mungkin pada taraf ini yang membedakan antara potensi stres orang-orang yang
mempunyai ilmu dan teknologi tinggi, lebih rendah dibandingkan dengan
orang-orang yang tinggal didaerah miskin. Dengan kekuatan ilmunya, orang-orang
yang menguasai ilmu pengetahuan akan berusaha menjawab tantangan dan tekanan
yang datang.
b. Agama dan
Kepercayaan
Bagaimana dengan orang yang tidak memiliki ilmu yang cukup.
Ini adalah orang-orang yang rentang mengalami stress kearah yang negatif.
Tetapi ada satu pertahanan kuat yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu,
agama. Agama merupakan sandaran dan pertahanan terakhir menghadapi tekanan yang
dihadapi. Sehingga, seseorang yang tidak bisa menjawab tantangan yang dihadapi,
dan tidak pula mempunyai benteng pertahanan ini (agama), akan jatuh kepada
stress yang berat.
Ini
menunjukkan bahwa, agama dapat mengembalikan tekanan kehidupan kearah yang
normal dengan menjadi benteng pertahanan terhadap tekanan kehidupan. Tetapi
alangkah baiknya, jika kedua benteng itu (ilmu dan agama) dimiliki oleh setiap
orang, sehingga akan menjadi manusia yang sehat, jauh dari stress. [6]
IV.
KESIMPULAN
Mental disorder adalah bentuk gangguan dan kekacauan
fungsi mental (kesehatan mental), disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi – fungsi
kejiwaan/mental terhadap stimuli eksternal dan ketegangan – ketegangan,
sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur pada satu bagian, satu
organ, atau sistem kejiwaan.
Telah banyak terlihat dalam banyak
peristiwa yang menunjukkan bahwa keadaan mental
mempunyai pengaruh yang sangat besar atas kehidupan jasmani. ciri-ciri mental yang
sehat: terhindar
dari gangguan jiwa, Dapat menyesuaikan diri, Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin, Tercapai
kebahagiaan pribadi dan orang lain. ciri-ciri mental tidak sehat: Perasaan tidak nyaman (inadequacy), perasaan tidak
aman (insecurity), kurang memiliki rasa percaya diri
(self-confidence), kurang memahami diri
(self-understanding) ,kurang
mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial, ketidakmatangan emosi,kepribadiannya terganggu.
Usaha penanggulangan kekusutan rohani
atau mental sebenarnya dapat dilakukan sejak dini oleh yang bersangkutan.
Dengan mencari cara yang tepat untuk menyesuaikan diri dengan memilih
norma-norma moral, maka kekusutan mental akan terselesaikan. Pendekatan terapi
keagamaan dapat dirujuk
dari informasi al-quran sendiri. Diantara konsep terapi gangguan mental ini
adalah firman Allah dalam surat Yunus:57.
V.
PENUTUP
Demikianlah
makalah ini kami buat, kami sadar makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah kami selanjutnya. Semoga mkalah ini dapat berguna dan menambah wawasan
keilmuan kita. Amin...
DAFTAR
PUSTAKA
Aziz
El-Quussy, Abdul. 2010. Pokok-Pokok
Kesehatan Jiwa Mental. Jakarta: Bulan Bintang
Darajat, Zakiah. 2001. Peranan
Agama dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung
Kartono, Kartini.
1992. Patologi
Sosial. Jakarta: Rajawali