Senin, 21 Mei 2012

PENANGGULANGAN MENTAL DISORDER DALAM PERSPEKTIF ISLAM

PENANGGULANGAN MENTAL DISORDER DALAM
PERSPEKTIF ISLAM

MAKALAH

Di Susun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Teknik Manajemen BKI
Dosen Pengampu : Hj. Mahmudah. S. Ag., M. Pd



Di Susun Oleh:
Riza Azizatul Maghfiroh         (101111036)






FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012



PENANGGULANGAN MENTAL DISORDER DALAM
PERSPEKTIF ISLAM

I.              PENDAHULUAN
         Gangguan mental atau penyakit mental adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stress atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif atau persepsi, yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan mental telah berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat perbedaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan mental.
         Penyebab gangguan mental bervariasi dan pada beberapa kasus tidak jelas, dan teori terkadang menemukan penemuan yang rancu pada suatu ruang lingkup lapangan. Layanan untuk penyakit ini terpusat di Rumah Sakit Jiwa atau di masyarakat sosial, dan penilaian diberikan oleh psikiater, psikolog klinik, dan terkadang psikolog pekerja sukarela, menggunakan beberapa variasi metode tetapi sering bergantung pada observasi dan tanya jawab. Perawatan klinik disediakan oleh banyak profesi kesehatan mental. Psikoterapi dan pengobatan psikiatrik merupakan dua opsi pengobatan umum, seperti juga intervensi sosial, dukungan lingkungan, dan pertolongan diri. Pada beberapa kasus terjadi penahanan paksa atau pengobatan paksa dimana hukum membolehkan. Stigma atau diskriminasi dapat menambah beban dan kecacatan yang berasosiasi dengan kelainan mental (atau terdiagnosa kelainan mental atau dinilai memiliki kelainian mental), yang akan mengarah ke berbagai gerakan sosial dalam rangka untuk meningkatkan pemahanan dan mencegah pengucilan sosial.
II.           PERMASALAHAN
A.    Apa pengertian  Mental Disorder?
B.     Bagaimana Pengaruh Mental terhadap Tubuh?
C.     Apa Saja Ciri-Ciri Mental Sehat dan Mental tidak Sehat?
D.    Bagaimana Penanggulangan Mental Disorder Dalam Perspektif Islam?
III.        PEMBAHASAN
A.    Pengertian Mental Disorder
Mental disorder adalah bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental (kesehatan mental), disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi – fungsi kejiwaan/mental terhadap stimuli eksternal dan ketegangan – ketegangan, sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur pada satu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan.
Gangguan mental itu merupakan totalitas kesatuan daripada ekspresi mental yang patologis terhadap stimuli sosial, dikombinasikan dengan faktor-faktor penyebab sekunder lainnya.
Mental disorder itu mempunyai pertanda awal antara lain: cemas-cemas, ketakutan, sakit hati, dengki, apatis, cemburu, marah – marah secara eksplosif, dan lain – lain. Ringkasnya, kekacauan atau kekalutan mental merupakan bentuk gangguan pada ketenangan batin dan harmoni dari struktur kepribadian.[1]

B.     Pengaruh Mental terhadap Tubuh
Barangkali orang akan lebih menerima kalau dikatakan bahwa tubuh mempengaruhi pikiran, dari pada sebaliknya yaitu pikiran mempengaruhi tubuh. Telah banyak terlihat dalam banyak peristiwa yang menunjukkan bahwa keadaan mental mempunyai pengaruh yang sangat besar atas kehidupan jasmani. Diantara adalah:
a.       Keadaan emosi
Emosi adalah keadaan jiwa semata-mata, yang tergantung kepadanya perubahan-perubahan jasmani secara jelas. Kita mengetauhi pula bagaimana pengaruh marah dan takut. Jika marah itu berulang-ulang terjadinya, akan terjadilah keadaan pencernaan yang tidak baik, naiknya tekanan darah.
b.      Pengaruh Sugesti
Pengaruh sugesti terhadap tubuh sudah dimaklumi, pikiran tentang kesehatan, penyakit atau pingsan dapat membawa kepada rasa sehat, sakit atau pingsan. [2]


C.    Ciri-ciri Mental Yang Sehat dan Mental Tidak Sehat
1) ciri-ciri mental yang sehat
a)  Terhindar dari Gangguan Jiwa
Zakiyah Daradjat (1975) mengemukakan perbedaan antara gangguan jiwa (neurose) dengan penyakit jiwa (psikose), yaitu:
Ø  Neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena psikose tidak. 
Ø  Neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya. sedangkan yang kena psikose kepribadiaannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan-dorongan) sangat terganggu, tidak ada integritas, dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.
b) Dapat menyesuaikan diri
Penyesuaian diri (self adjustment) merupakan proses untuk memperoleh/memenuhi kebutuhan (needs satisfaction), dan mengatasi stres, konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai dengan norma agama.
c) Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin
Individu yang sehat mentalnya adalah yang mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang positif dan konstruktif bagi pengembangan kualitas dirinya. pemanfaatan itu seperti dalam kegiatan-kegiatan belajar (dirumah, sekolah atau dilingkungan masyarakat), bekerja, berorganisasi, pengembangan hobi, dan berolahraga.
d) Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain
Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku atau respon-responnya terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan atau orang lain. dia mempunyai prinsip bahwa tidak mengorbankan hak orang lain demi kepentingan dirnya sendiri di atas kerugian orang lain. Segala aktivitasnya di tujukan untuk mencapai kebahagiaan bersama.
2) Ciri-ciri mental tidak sehat
a.)Perasaan tidak nyaman (inadequacy) 
b.) Perasaan tidak aman (insecurity) 
c.) Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence) 
d.) Kurang memahami diri (self-understanding) 
e.) Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial 
f.) Ketidak matangan emosi 
g.) Kepribadiannya terganggu [3]

D.    Penanggulangan Mental dalam Perspektif Islam
Pembinaan mental seseorang mulai sejak kecil, semua pengalaman yang dilalui baik yang disadari maupun tidak disadari ikut menjadi unsur-unsur yang menggabung dalam kepribadian seseorang. Di antara unsur-unsur yang akan menentukan corak kepribadian adalah nilai-nilai yang diambil dari lingkungan, terutama keluarga sendiri. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai agama, moral dan sosial. Apabila dalam pengalaman di waktu kecil itu, banyak didapat nilai-nilai agama, maka kepribadiaanya akan mempunyai unsur-unsur baik. Demikian sebaliknya, jika nilai-nilai yang diterimanya itu jauh dari agama, maka unsur-unsur kepribadiannya akan jauh dari agama dan akan menjadi goncang. Karena nilai-nilai positif yang tetap dan tidak berubah adalah nilai-nilai agama, sedangkan nilai-nilai sosial dan moral yang didasarkan bukan kepada agama, akan sering mengalami perubahan, sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Karena itulah maka mental yang hanya terbina dari nilai-nilai sosial dan moral yang mungkin berubah dan goncang itu, akan membawa kepada kegoncangan jiwa.[4]
Orang yang tidak merasa tenang, aman serta tentram dalam hatinya adalah orang yang sakit rohani atau mentalnya. Para ahli psikiater mengakui bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu yang diperlukan untuk melangsungkan proses kehidupan secara lancar. Kebutuhan tersebut berupa kebutuhan jasmani dan dapat berupa kebutuhan rohani maupun kebutuhan sosial. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari tak jarang dijumpai bahwa seseorang tak mampu menahan keinginan bagi terpenuhinya kebutuhan bagi dirinya. Dalam kondisi seperti itu akan terjadi pertentangan dalam batin. Pertentangan ini akan menimbulkan ketidak seimbangan dalam kehidupan rohani, yang dalam kesehatan mental disebut kekusutan rohani. Kekusutan rohani ini disebut kekusutan fungsional.
 Bentuk kekusutan fungsional ini bertingkat yaitu psychopat, psychoneurose, dan psikotis. Psychoneurose di tandai bahwa seseorang tidak mengikuti tuntutan-tuntutan masyarakat. Pengidap psychoneurose menunjukkan perilaku menyimpang. Sedangkan penderita psikotis dinilai mengalami kekusutan mental yang berbahaya sehingga memerlukan perawatan khusus.
Usaha penanggulangan kekusutan rohani atau mental ini sebenarnya dapat dilakukan sejak dini oleh yang bersangkutan. Dengan mencari cara yang tepat untuk menyesuaikan diri dengan memilih norma-norma moral, maka kekusutan mental akan terselesaikan.
Pendekatan terapi keagamaan ini dpat dirujuk dari informasi al-quran sendiri. Di antara konsep terapi gangguan mental ini adalah firman Allah dalam surat Yunus:57
Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya sudah datang dari Tuhanmu al-Quran yang mengandung pengajaran, penawar bagi penyakit jiwa, tuntunan serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
               Kesehatan mental adalah suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman, tentram. Upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan). [5]
Agama merupakan salah satu bentuk perilaku yang sangat mempengaruhi keseharian seseorang. Dengan dasar keyakinan akan ajaran agama, seseorang akan berusaha mengubah dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama tersebut. Sehingga tidak mengherankan, karena ajaran agama dan keyakinan yang berbeda, membuat individu memunculkan perilaku yang berbeda sesuai dengan ajaran agamanya.
Jika dalam pandangan teori psikoanalisa, agama merupakan bentuk perilaku tidak dewasa (abnormal), tetapi teori ini sudah banyak dimentahkan oleh teori-teori yang berorientasi humanistic, yang memandang bahwa manusia harus dilihat secara utuh. Walaupun pada dasarnya agama adalah sebuah perilaku yang tidak bisa dijelaskan secara rasional.
Seseorang yang mengalami tekanan psikologis yang tinggi, harus ada usaha untuk mengembalikan tekanan tersebut kearah normal. Sebenarnya, manusia modern saat ini memiliki tekanan yang sangat tinggi. Ada dua cara untuk menghadapi tekanan tersebut agar kembali normal, yaitu:
a.     Ilmu Pengetahuan
Sebenarnya manusia diberikan suatu kekuatan yang sangat kuat menghadapi permasalahan hidupnya, yaitu ilmu. Yang menjadi masalah adalah, jika tekanan kehidupan tambah berat, tetapi perkembangan ilmu tidak mengimbanginya, sehingga membuat orang stress. Mungkin pada taraf ini yang membedakan antara potensi stres orang-orang yang mempunyai ilmu dan teknologi tinggi, lebih rendah dibandingkan dengan orang-orang yang tinggal didaerah miskin. Dengan kekuatan ilmunya, orang-orang yang menguasai ilmu pengetahuan akan berusaha menjawab tantangan dan tekanan yang datang.
b.    Agama dan Kepercayaan
Bagaimana dengan orang yang tidak memiliki ilmu yang cukup. Ini adalah orang-orang yang rentang mengalami stress kearah yang negatif. Tetapi ada satu pertahanan kuat yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu, agama. Agama merupakan sandaran dan pertahanan terakhir menghadapi tekanan yang dihadapi. Sehingga, seseorang yang tidak bisa menjawab tantangan yang dihadapi, dan tidak pula mempunyai benteng pertahanan ini (agama), akan jatuh kepada stress yang berat.
Ini menunjukkan bahwa, agama dapat mengembalikan tekanan kehidupan kearah yang normal dengan menjadi benteng pertahanan terhadap tekanan kehidupan. Tetapi alangkah baiknya, jika kedua benteng itu (ilmu dan agama) dimiliki oleh setiap orang, sehingga akan menjadi manusia yang sehat, jauh dari stress. [6]

IV.        KESIMPULAN
Mental disorder adalah bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental (kesehatan mental), disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi – fungsi kejiwaan/mental terhadap stimuli eksternal dan ketegangan – ketegangan, sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur pada satu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan.
Telah banyak terlihat dalam banyak peristiwa yang menunjukkan bahwa keadaan mental mempunyai pengaruh yang sangat besar atas kehidupan jasmani. ciri-ciri mental yang sehat: terhindar dari gangguan jiwa, Dapat menyesuaikan diri, Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin, Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain. ciri-ciri mental tidak sehat: Perasaan tidak nyaman (inadequacy), perasaan tidak aman (insecurity), kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence), kurang memahami diri (self-understanding) ,kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial, ketidakmatangan emosi,kepribadiannya terganggu.
Usaha penanggulangan kekusutan rohani atau mental sebenarnya dapat dilakukan sejak dini oleh yang bersangkutan. Dengan mencari cara yang tepat untuk menyesuaikan diri dengan memilih norma-norma moral, maka kekusutan mental akan terselesaikan. Pendekatan terapi keagamaan dapat dirujuk dari informasi al-quran sendiri. Diantara konsep terapi gangguan mental ini adalah firman Allah dalam surat Yunus:57.

V.           PENUTUP
               Demikianlah makalah ini kami buat, kami sadar makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga mkalah ini dapat berguna dan menambah wawasan keilmuan kita. Amin...



DAFTAR PUSTAKA

Aziz El-Quussy, Abdul. 2010. Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa Mental. Jakarta: Bulan Bintang
Darajat, Zakiah. 2001. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung
Kartono, Kartini. 1992.  Patologi Sosial. Jakarta: Rajawali

 


[1] Kartono, Kartini. Patologi Sosial. (Jakarta: Rajawali,1992), hlm. 229
[2] Abdul Aziz El-Quussy, Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/ Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), hlm. 95-97
[4] Zakiah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 2001), hlm. 83
[5] Ibid., hlm. 145-146

1 komentar: